Laman
Rabu, 18 Desember 2013
Kosa Kata
Kosakata
Logat Makassar
|
Bahasa Indonesia
|
Logat Makassar
|
Bahasa Indonesia
|
Apa deh!!
|
Apa Sih!
|
Lompo /
Loppo
|
Besar
|
Angngapako?
|
Kamu
Kenapa?
|
Calleda'
|
Genit
|
Asala' kau
ji
|
Terserah
apa maumu
|
Bencong
|
Banci
|
Ambe' mua
mi / Allengasemmi
|
Ambi aja
Semua
|
Cipurukka'
|
Saya Lapar
|
Bella na!
|
Jauhnya!
|
Cess!
|
Sobat!
|
Bagaya
|
Banyak
Gaya
|
Dahsyatnya
arrakadaaa'!
|
Luar Biasa
|
Ballisikku
|
Aku Sebel!
|
Epen Kah?
|
Emang
Pentig
|
Bedededeh
|
Wah!
|
Kamase /
Kamse' / Kamaseang
|
Sedih
|
Bakka' Na
|
Besarnya
|
Kampudes
|
Kampungan
Dari desa
|
Lale
|
Genit
|
Lannyak'
|
Hilang
|
Mannyu!
|
Kesal
|
Nganre
|
Makan
|
Pergima'!
|
Saya
Pergi!
|
Pa Bote'/
Botek / Balle Balle
|
Bohong
|
Palla'na
|
Jagonya
|
Palukka'
|
Pencuri
|
Sante Mako
|
Santai Aja
|
Tanjakna
|
Mukanya
|
Tabe'
|
Permisi
|
Tanjak
|
Seperti
|
Talekang /
Tattaletalekang
|
Berlebihan
/ Berlebih lebihan
|
Tappu'
|
Putus /
Patah
|
Upak'
|
Untung
|
Ta'Bangka
/ Tabbangka
|
Kaget /
Terkejut
|
Lending
|
Berdua'an
|
Pa'garasuh
rasuh
|
nakal /
brutal /bengal
|
Nassami!
|
Tentu Saja
|
Kamaseangna
|
Kasiannya
|
Tinro /
Katinroang
|
Tidur
Tempat tidur
|
Sari'battang
|
Saudara
|
Pa'saribattangngan
|
Persaudaraan
|
Mangge /
Ammak
|
Ayah, Ibu
|
Panra' /
Panrak
|
Rusak
|
Tena doe'
|
Tidak
punya uang
|
Battalak'
|
Gemuk
|
Gammara'na
|
Bagusnya
|
Bambangna
|
Panasnya
|
Karoppo'
|
Kerupuk
|
Mas Koke'
Koke'
|
Penjual
Mainan
|
Botto'
|
Bau
|
tarattu'
|
Kentut
|
Ikan Bolu
|
Ikan
Bandeng
|
Pete'
Pete'
|
Angutan
Kota
|
Kapang
(Bukan okkots)
|
Mungkin
|
Iyo
|
Iya
(Akrab)
|
Iye
|
Iya
(Sopan)
|
Porenu!
|
Enak Aja
|
Pocci
|
Pusar
|
Bawa
|
Mulut
|
Kace
|
Kakak
|
Mace
|
Ibu (Gaul)
|
Pace
|
Ayah
(Gaul)
|
Pacce
|
Payah
|
Endak
|
Tidak
|
Pattoatoai
/ Pa'toatoa i
|
Mengejek
|
Ge'gere' /
Geggerek
|
Ribut
|
Sekke' /
Gi'gili'
|
Pelit
|
Ta'bentang
|
Terlempar
|
Tappa'
|
Percaya
|
Passammih
|
Biarkan
Saja
|
Kugappajako
|
Saya akan
mendaptkanmu
|
Gappa
|
Dapat
|
Jappa
jappa
|
Jalan
jalan
|
Tassakkok
|
Tersedat
|
Singkamma
|
Sama /
Seperti
|
Tappalese'
/ Tasossoro' / Tasossor / Jatuh Tasossor
|
Jatuh
Terpeleset
|
Pa'balu' /
Pabalu'
|
Pedagang /
Penjual
|
Pabbalu'
Juku
|
Penjual
Ikan
|
Bawanu
|
Mulutmu!
|
Siagang
|
Dengan
|
Pengaruh budaya makassar dengan budaya modern
Dilihat dari Baju adat Budaya Makassar (Baju Bodo')
cara beradaptasi budaya makassar dengan budaya modern saat ini dapat dilihat, contoh dari baju adat budaya makassar yang dipakai oleh sepasang wanita dan pria saat melakukan resepsi pernikahan. dimana baju adat yang dulu sekarang diubah menjadi lebih modern dimulai dari model pakainannya yang dulunya itu asli baju bodo' sekarang baju bodo' tersebut divariasikan dengan diberikan beberapa manik-manik agar baju bodo' yang dlu tidak ketinggalan jaman dengan budaya modern sekarang. kemudian untuk perhiasaannya diperbaharui menjadi bentuk model sekarang. namun masih banyak pula yang masih menggunakan model baju bodo' jaman dulu agar ciri khas budaya makassar kita tidak hilang dari negara indonesia ini.
Penjelasan tentang baju bodo':
contoh model baju bodo' dapat dilihat contoh dari gambar di bawah ini:
model baju bodo' jaman dulu yang masih dipakai hingga saat ini:
model baju bodo' yang divariasikan di jaman modern
cara beradaptasi budaya makassar dengan budaya modern saat ini dapat dilihat, contoh dari baju adat budaya makassar yang dipakai oleh sepasang wanita dan pria saat melakukan resepsi pernikahan. dimana baju adat yang dulu sekarang diubah menjadi lebih modern dimulai dari model pakainannya yang dulunya itu asli baju bodo' sekarang baju bodo' tersebut divariasikan dengan diberikan beberapa manik-manik agar baju bodo' yang dlu tidak ketinggalan jaman dengan budaya modern sekarang. kemudian untuk perhiasaannya diperbaharui menjadi bentuk model sekarang. namun masih banyak pula yang masih menggunakan model baju bodo' jaman dulu agar ciri khas budaya makassar kita tidak hilang dari negara indonesia ini.
Penjelasan tentang baju bodo':
Baju bodo
adalah pakaian adat suku Bugis dan Makassar. Bodo artinya pendek. Jadi baju
bodo artinya baju pendek. Tentu saja ada juga baju panjang atau baju la’bu,
tapi jenis baju ini kurang dikenal.
Dinamakan
baju bodo atau baju pendek karena panjangnya hanya mencapai sedikit di bawah
pinggang. Sedangkan panjang baju la’bu atau baju panjang mencapai lutut
pemakai.
Walaupun
potongan baju bodo mirip dengan baju kurung, tapi tentu saja berbeda. Baju bodo
bisa dikatakan minim jahitan. Baju ini hanya menyatukan bagian kiri dan bagian
kanan baju. Pada bagian leher tidak terdapat kerah baju seperti baju kurung.
Jaman
dahulu, pemakaian warna baju bodo tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada aturan
tertentu mengenai hal tersebut. Misalnya baju bodo berwarna hijau hanya boleh
dikenakan para wanita bangsawan. Baju berwarna merah untuk anak gadis.
Sedangkan wanita yang telah menjanda diharuskan mengenakan baju bodo berwarna
ungu. Tentu saja aturan semacam ini kini tidak berlaku lagi.
Lipa’ Sa’be
Lipa’ sa’be
adalah pakaian adat suku Bugis lainnya. Lipa’ sa’be adalah sarung sutra yang
biasa digunakan sebagai bawahan baju bodo’. Motif lipa’ sa’be kotak-kotak
dengan warna-warni cerah.
Pemakai
kedua pakaian adat suku Bugis ini biasanya akan memadupadankan warna yang
sesuai antara baju bodo dan lipa’ sa’be. Memakainya pun sangat mudah.
Lipa’ sa’be
digunakan layaknya menggunakan sarung. Untuk membantu agar tidak melorot ketika
digunakan, pemakai biasanya menggunakan tali atau ikat pinggang. Salah satu
ujungnya dibiarkan menjuntai dan dipegang dengan tangan sebagai aksen pemanis.
Khusus untuk penari, ujung sarung diletakkan di bagian punggung dan dibentuk
menyerupai kipas.
Lipa’ sa’be
tidak hanya digunakan kaum wanita Bugis. Kaum pria pun menggunakannya. Motif
kotak lipa’ sa’be pria biasanya lebih besar. Kaum pria memadupadankan lipa’
sa’be dengan atasan model jas atau sejenis beskap.
Aksesoris
Dalam
tradisi pakaian adat suku Bugis juga mengenal pemakaian aksesoris. Aksesoris
digunakan untuk melengkapi baju bodo dan lipa’ sa’be yang digunakan. Bila jaman
dulu aksesoris terbuat dari emas, jaman sekarang berupa sepuhan warna keemasan.
Beberapa
aksesoris yang digunakan antara lain gelang panjang, kalung, anting panjang,
gelang lengan atas, bando atau hiasan konde. Bentuk dan jenis perhiasan yang
digunakan juga memiliki aturan tersendiri. Misalnya seorang anak kecil
mengenakan bando berbentuk kembang goyang di atas kepala. Sementara untuk
seorang ibu cukup dengan 1 atau 2 tusuk konde sebagai hiasan di kepala.
Indonesia
memang memiliki keanekaragaman adat dan budaya yang beragam. Salah satu
diantaranya adalah pakaian adat suku Bugis dan Makassar. Bahkan tak jarang baju
bodo dijadikan inspirasi oleh para desainer. Demikian pula penggunaan sarung
sutra yang dulu dikenakan hanya untuk bawahan berupa sarung saja. Namun kini
para desainer mengolahnya menjadi pakaian-pakaian indah nan menawan.
contoh model baju bodo' dapat dilihat contoh dari gambar di bawah ini:
model baju bodo' jaman dulu yang masih dipakai hingga saat ini:

model baju bodo' yang divariasikan di jaman modern

Cerita Rakyat Dari Makassar
Kare Kasa
1. Bersedia menjadi suami daripada to manurung yang cantik jelita. (wajib)
2. Apabila mempunyai istri, ada izin dan mempunyai cap jempol dari istrinya.
3. Apabila kalah dalam sayembara maka akibatnya sangat fatal dengan hukuman mati.
4. Apabila menang seluruh harta kerajaan menjadi miliknya.
5. Dia akan diangkat menjadi raja di kerajaan gowa.
Banyak peserta yang tangguh dari seluruh penjuru dunia untuk mengikuti sayembara ini karena hadiahnya sangat menggiurkan, tetapi banyak juga yang takut karena dari ketentuan yang ketiga akibatnya sangat fatal karena dengan hukuman mati. Dan singkat cerita, dari ribuan peserta hanya dua peserta yang mampu melewati sayembara ini termasuk KARE KASA. Demikianlah cerita rakyat dari makassar !
Bahasa Makassar yang digunakan
Penggabungan
Terkadang,
bahasa yang di gunakan adalah lebih banyak memakai kosakata bahasa indonesia
dari pada bahasa makassar atau sebaliknya / ter-influence dengan bahasa
indonesia. misalnya :
"Jauna rumanu, teaja'
pergi" -> "Bellana rumahnu, ndak mauja' pergi" -> Jauna
Rumahnu, ndak mau jeka' pergi"
yang sama
artinya dengan
"Rumah mu jauh, saya tidak mau
pergi".
Subjek dan Objek
Bahasa
Indonesia yang dipakai sebagai bahasa pemersatu kemudian ter-influence oleh
bahasa daerah itu sendiri. Beberapa istilah bahasa daerah kemudian ikut
mewarnai penggunaan bahasa Indonesia, di antaranya ya partikel-partikel itu
tadi. Peleburan bahasa daerah ini ke dalam bahasa Indonesia juga mengacaukan
susunan kalimat, merusak tatanan MD, Subjek Objek sehingga terkadang logat di
Sulawesi Selatan ini terdengar sangat kacau.
Dengarkan
kalimat ini
“malam pi baru saya bawa bukumu
nah..?”,
yang dalam
bahasa Indonesia yang benar seperti ini
“bukumu aku bawa nanti malam saja
ya ?”.
Menghemat dalam penggunaan kata
Penggunaan
bahasa Indonesia logat ini juga terkesan sangat menghemat penggunaan kata,walau
pun merusak tatanan bahasa yang benar. Sebagai contoh lagi: “kau mo yang
bawaki” atau sama dengan kalimat ” nanti biar kamu aja yang bawa”..belum lagi
bila diucapkan terkadang ada di singkat lagi menjadi ” ko mo yang bawaki.
Partikel Partikel
Partikel Mi
- Partikel MI adalah kata imbuhan. contohnya dalam kalimat “makan mi”, partikel MI bermakna mempersilakan, tapi dalam kalimat lain, misalnya ” besar mi”, partikel mi berubah fungsi sebagai penegasan kalau orang/benda yang dimaksud telah besar (dewasa). Dalam kalimat lain, misalnya “jadi satumi” partikel MI kembali berfungsi sebagai penegasan jika benda/orang telah menjadi satu, beda dengan kalimat lain seperti “ambil mi” dimana MI berfungsi kembali untuk mempersilakan orang mengambil barang/benda.
Partikel
“mi” ini dapat ditambahkan lagu dengan partikel “ko” untuk mempertegas
perintah. “Mi”+”Ko” = “Moko”. Tapi akhiran “moko” ini digunakan untuk lawan
bicara seumur atau lebih muda (tidak dianjurkan untuk lawan bicara yg kita
hormati), bisa di tulis menjadi "Mko" dan o awal tidak perlu di ubah
menjadi e, jadi bacanya tetap di baca moko. tetapi o awal pada kata moko tidak
terlalu kentara atau di baca pendek, kurang lebih seperti ini " 'Mko
". Contoh : - Makan moko! = Makanlah kau! / makanlah!
- Pergi
moko ! / Sana moko ! = Pergilah kau! / Pergilah!
Partikel
“mi” ini dapat ditambahkan juga dgn partikel “ki’ ” untuk mempertegas perintah,
“Mi”+”Ki’” = “Miki’ ”. Akhiran “miki’ ” ini kesannya lebih sopan, digunakan
untuk lawan bicara yang lebih tua, atau orang yang kita hormati. Miki
kebanyakan menyebutnya Meki', dan dapat di tulis "mki". Contoh :
- Makan miki’ = makanlah
- Pergi miki’ = Pergilah
Partikel Toh
Partikel Pi
- Salah Satu Contoh Partikel PI = "satu pi" (bermakna menegaskan kalau subjeknya masih kurang satu lagi),contoh yang berbeda: “malam pi” yang artinya kurang lebih “nanti malam”, biasanya dipakai untuk kalimat seperti “malam pi ko datang” (kamu datangnya ntar malam aja).
Partikel JI
- Partikel JI, biasa di tulis "JIE" maknanya kurang lebih sama dengan hanya,contohnya pada kalimat “satuji saya bawa” yang artinya kurang lebih “saya cuman bawa satu” (perhatikan tatanan penempatan kalimat yang agak berantakan). Tapi kadang-kadang partikel ini juga bermakna menegaskan, misalnya pada kalimat ” besarji rumahnya ” yang artinya sama dengan ” rumah besar kok..”,
Akhiran “ji” juga sering diikuti dengan partikel “ko”
dan “ki’ ”pada saat kita bertanya
pada lawan bicara. “ji” + “ko” = “joko”
contoh :
sudah joko makan? = Apakah kau sudah makan? - Sama halnya dengan imbuhan “Mi”
di atas, versi sopan(halus) “ji” + “ki’ ” = “jiki’ “ Contoh : sudah jiki’
makan? = Apakah Anda sudah makan? pembacaan jiki dan joko bisa di baca jeki'
dan jeko jika partikel ji di gabung dengan ko dan ki jadi, cara
penulisannya : Jki, Jko, J di baca je
Partikel Ki
- Partikel Ki' kepanjangan dari Kita atau Kita' atau Kita(k) yang berarti KAMU. Tapi lebih sopan. Contoh penggunaan dalam kalimat "dimanaKi'?" artinya "Kamu dimana?" Biasa digunakan untuk orang yang lebih tua karena lebih sopan.
Partikel Mo
- Partikel Mo merujuk ke kata Saja atau mengajak sesuatu untuk mengikuti. Misalnya "Saya mo!" yang berarti "Saya Saja!", contoh lainnya "Kau mo yang kupilih!" yang berarti "kamu saja yang saya pilih"
Partikel Ko
- Partikel Ko, yang berarti kamu. Dalam penggunaan ini di gunakan pada teman teman dan yang akrab. Contoh penggunaan ko "MauKo Kemana?" yang artinya "Kamu mau kemana?". Jangan sembarang memakai KO ke orang tua, guru, baru kenalan atau orang yang lebih tua. karena di itu dianggap tidak sopan.
Partikel Wé
- Partikel Wé adalah kata sapaan yang sering di gunakan yang berarti "Hey!". Salah satu Contoh "Wé Mirna! Mau ko kemana?" yang artinya "Hey! Mirna!.. Kamu mau ke mana?"
Partikel Toh dan Di'
- Partikel Toh dan Di adalah kata tanya yang biasa diartikan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "kan?". Kata ini juga paling mudah di cernah oleh orang yang ingin belajar berlogat makassar. Salah satu contohnya "Mauko jalan sama Irfan Toh?" yang artinya "Kamu mau jalan dengan Irfan Kan?"
Tawwa
- Tawwa atau Tau'a itu seperti pujian buat orang atau biasa digunakan untuk menggoda. Contoh kalimat tawwa "Tawwa, Sudah mi ujian" artinya " atau.. "Liatko tawwa i Baco'.. Bagus nilaina" artinya "Liat tuh Si Baco'.. Bagus nilainya"
Kodong
- Kodong bisa digambarkan dengan ekspresi kesedihan atau kekecewaan yang berarti kasihan. Contoh "Hilang pulpen ku' KODONG" yang berarti "Pulpenku hilang (kasihan/sedih)" atau bisa juga berarti "Aduh, pulpenku hilang" Balasan untuk rasa simpati ke pada orang yang merasa sedih "Kodong! Hilang Pulpenmu?" yang artinya "Aduh Kasihan, pulpenmu hilang yah?"
Bede'
- Bede' atau Bedeng (cara bacanya Bede' -E.nya sama dengan penyebutan kata tempe) sejenis dengan kalimat tambahan untuk kata 'KATANYA'. Contoh "katanya bede' Irma, Tiwi pergi Sekolah." ,artinya "eh katanya Irma, Tiwi pergi sekolah." atau "Kau bede' yang bawa itu baju". artinya "Kamu katanya, yang membawa baju itu"
Mami
- Mami sama dengan "Saja". Kata "Mami" bisa di persingkat menjadi "MI" dan berbeda artinya dengan partikel MI, kata ini juga bisa menjadi "Mami Mi". Contoh : sisa sedikit mami itu, yang berarti : sisa sedikit saja itu.. : Contoh ke 2 (mami disingkat mi) : Sisa sedikit mi itu. yang artinya : sisa sedikit saja itu. Contoh ke 3 : sisa sedikit mami mi itu, yang artinya : sisa sedikit saja itu.
Okkots
Pemakaian
kata ‘Okkots’ sebenarnya merupakan penyimpangan berbahasa, baik dalam
berkomunikasi maupun dalam tulisan. Okkots sendiri berarti salah ucap atau
salah bahasa yang maknanya salah pengucapan dalam bahasa Indonesia karena tidak
sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan tidak tercantum dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Okkots bisa berarti menambahkan, mengurangi atau
mengubah konsonan di ujung sebuah kata. Bentuk okkots yang paling sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah Okkots “N” & “NG”. Jadi, kata
yang berakhir huruf “N” bissa menjadi “NG” begitu pula sebaliknya, kata yang
berakhir huruf “NG” menjadi berakhir “N”.
Sebenarnya
pemakaian kata ‘Okkots’ itu banyak dipopulerkan siswa dan mahasiswa Makassar
yang belajar dan kuliah di luar Sulsel serta pengaruh komunikasi pergaulan
mereka yang berasal dari berbagai kabupaten di Sulsel kemudian bertemu dalam
komunikasi yang lebih elitis di Makassar. Bahasa ‘Okkots’ sama halnya dengan
sebutan ‘ma’logat’ atau melupakan bahasa ibu-nya setelah hidup sekian lama di
negeri orang, Cuma bedanya ‘Ma’logat’ merupakan cibiran atau sindiran terhadap
orang yang melupakan asal usulnya, termasuk bahasa etnisnya. Hal ini berbeda
dengan pemakaian bahasa ‘Okkots’ yang menurut saya merupakan ‘jalan damai’
dialek dalam Bahasa etnis (Bahasa Makassar) terhadap Bahasa nasional (Bahasa
Indonesia).
Sejarah Okkots
Dalam bahasa
Bugis Makassar sehari-hari, kita tidak mengenal adanya akhiran N di ujung
sebuah kata, umumnya kata dalam Bahasa Bugis Makassar diakhiri dengan NG.
Contoh nya: tudang (duduk), masserring (menyapu), dangkang (menjual),
mappabbiring (beres-beres rumah) dll. & ketika Bahasa Indonesia mulai
diperkenalkan, lidah orang Bugis Makassar yang terbiasa dengan NG, mencoba
menyesuaikannya, namun alih-alih mampu menyesuaikan diri, yang terjadi malah
kekacauan berupa kebingungan mengucapkan ujung setiap kata yang berakhiran N
& NG. Kira-kira begitulah asal muasal terjadinya OKKOTS.
Contoh:
Kata “makan” terkadang menjadi “makang”
—> penambahan konsonan “G” setelah huruf “N”
Kata “kandang” bissa berubah menjadi
“kandan” —> pengurangan konsonan “G”.
Langganan:
Postingan (Atom)